Minggu, 10 Juni 2012

taman tanjung karang, loang balok

        Taman loang balok merupakan taman baru yang yang terletak di pinggigir pantaai tanjung karang,,,,,,heemmmmmm romantis banget ma pacar, minum es kelapa muda berdua maklum lah kan ngirit duit, taman ini juga sangat bagus dijadikan sebagai tempat kumpul2 keluarga, makan makan, pokoknya saya jaamin puas mengisi hari libur di taman ini, bukan hanya itu, Makam Loang Baloq, begitulah masyarakat setempat menyebutnya. Loang Baloq bukanlah nama seseorang, tapi Loang Balok merupakan bahasa Sasak yang berarti pohon beringin yang berlubang.  Pohon beringin itu sendiri diyakini sudah berumur ratusan tahun, terlihat akar dan batang yang sangat tua. 
     Makam Loang Baloq sebenarnya komplek pemakaman. Di komplek makam itu telah bersemayam puluhan jasad dan di lingkungan makam ditumbuhi sejumlah pohon kamboja layaknya pemakaman-pemakaman pada umumnya.
     Namun, dari makam -makam yang ada,  ada tiga makam yang dikeramatkan. Makam tersebut satu diantaranya berada di dalam lubang besar yang terbentuk dari akar-akar pohon beringin, satu lainnya di lubang sisi lain, dan satu lainnya lagi disamping pohon beringin.
    Makam yang berada di lubang persis di bagian bawah pohon beringin adalah makam Maulana Syech Gaus Abdurrazak,  sedangkan di lubang bagian samping makam Anak Yatim dan di bagian luar masih disamping pohon beringin terdapat makam Datuk Laut.
    Makam Maulana Syech Gaus Abdurrazak sudah dikeramik putih, berbentuk empat persegi panjang dengan lubang di tengah. Di lubang tengah itulah para peziarah biasa menaburkan bunga.
    Meski makam itu sudah dikelilingi batang dan akar pohon beringin, tapi untuk masuk ke makam tersebut telah dibangun pintu masuk tersendiri. Di samping pintu masuk, telah disiapkan air untuk peziarah. Disamping pintu masuk juga telah tersedia mushola. Sedangkan makam Anak Yatim berada di luar, disamping makam Maulana Syech Abdurrazak. Makam yang masih dilingkupi  batang dan akar pohon beringin itu, berada dibagian luar, hanya bersekat akar dan bagian batang pohon beringing. Ukurannya pun relatif kecil. 
    Sementara makam Datuk Laut, tidak berada langsung di bawah pohon beringin, tapi disamping makam Anak Yatim. Makam yang sudah dikeramik hitam itu berada di dalam bangunan permanen berukuran sekitar 3X4 meter.
     Data Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Mataram, berdasarkan sejarah, pada tahun 1866, seorang ulama besar bernama Maulana Syech Gaus Abdurrazak yang berasal dari jazirah Arab datang ke Palembang.
    Dari Palembang, ulama besar itu melanjutkan perjalanan dan mendarat di pesisir Pantai Ampenan, Kota Mataram.  Ketika berada di daerah itu Maulana Syech Gaus Abdurrazak menyampaikan petuah-petuah yang bersumber pada ajaran Islam. Ajaran tersebut sangat dipercaya oleh masyarakat, tidak hanya di Mataram tapi juga di Pulau Lombok.
     Makam-makan tersebut hingga kini sering  dikunjungi para peziarah dari Pulau Lombok maupun dari daerah lain.  Para peziarah yang datang ke makam biasanya berdoa semoga arwah beliau diterima disisi Allah Swt.
    Selain itu, ada pula peziarah yang melangsungkan upacara potong rambut anak yang masih balita (ngurisang). "Upacara seperti ini sudah dari leluhur dan di sinilah nenek moyang kami. Karena itu, setiap ngurisang, tempatnya di makam ini,"  kata seorang warga yang sedang menggelar upacara potong rambut anaknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar